Sinopsis Jumong Episode 6



Mu Song mengantar Yeo Mi Eul dan Perdana Menteri mengunjungi pria buta. Jumong sudah keluar dari sel itu dan mengintip mereka. Ia sangat terkejut melihat Yeo Mi Eul dan Perdana Menteri.Pria Buta: Apa itu kau, Mu Song?
Mu Song: Benar.
Pria Buta: Siapa yang datang denganmu? Sepertinya mereka baru kali ini kemari.
Mu Song: Tunggu. Bukankah kau buta? Dari mana kau tahu mereka tidak pernah ke sini?
Pria Buta: Dua orang yang datang bersamamu, salah satunya adalah seorang wanita. Aku sudah lama tidak mencium aroma wanita. Untuk apa kalian datang?
Yeo Mi Eul dan Perdana Menteri tidak berkata apapun. Perdana Menteri memberi isyarat pada Mu Song untuk mengantar mereka keluar.
Perdana Menteri berkata pada Mu Song, "Jangan katakan pada siapapun kalau kami kemari. Jika ada yang tahu, bukan hanya kau, tapi seluruh keluargamu juga akan mati.
Mu Song kembali ke dalam penjara dan mencari Jumong. "Chu Mo! Chu Mo!" panggilnya. "Pergi dari sini dan jangan pernah kembali. Kita bertemu di Gunung Chun Ma saja mulai sekarang.
Jumong tidak mengindahkannya. "Apa yang dilakukan Perdana Menteri di sini?"
Mu Song: Kau melihatnya?
Jumong: Untuk apa dia bertemu dengan pria itu dan apa kejahatan yang sudah dilakukannya? Apa kau tahu?
Mo Sung menggeleng. "Tidak, aku tidak tahu. Kalaupun tahu, aku tidak akan memberi tahu. Tolong jangan tanya lagi dan pegi. Ayo, pergi."
Jumong tidak bisa melepaskan pikirannya dari pria buta. Ia terus memikirkan kata-kata pria buta itu, bahwa dia lupa siapa dirinya dan dia tidak tahu kenapa dia dikurung.
Jumong kembali ke istana. Dae So memintanya menemuinya di tempat latihan bela diri. "Aku tahu kau sedang berlatih bela diri. Aku akan mengajarimu teknik yang baru." ujar Dae So seraya melempar sebuah pedang padanya.
Jumong: Kemampuanku tidak sebanding dengan kakak. Aku sama sekali tidak punya kemampuan.
Young Po: Dasar kau tidak berguna! Kau mungkin tidak punya kemampuan, tapi seharusnya kau punya keberanian. Bagaimana kau bisa menguasai bela diri dengan mental seperti itu! Kak Dae So memberimu kesempatan. Kenapa kau tidak manfaatkan kesempatan ini?!
Dae So berkata pada Young Po. "Mundur." katanya. Ia berpaling pada Jumong dan tersenyum (sok baik), "Jangan khawatir. Aku hanya ingin menolongmu. Majulah."
Dae So mengeluarkan pedangnya. Jumong juga mengeluarkan pedangnya, kemudian menyerang Dae So. Jumong berusaha mengimbangi Dae So. Dae So menghunuskan pedangnya, Jumong menangkis, namun pedang Jumong patah.
Dae So berkata angkuh: Walaupun aku meminta, seharusnya kau tidak menyetujuinya. Aku akan mengajarimu hal lain... Keberanian yang tidak rasional hanya akan membawamu pada kematian. Ingat itu.
Young Po dan Dae So tersenyum menang. Jumong shock. Ia melihat pedangnya yang patah.
Malamnya, Jumong mengunjungi Mo Pal Mo dan membawakannya arak. Mo Pal Mo sangat senang. Mo Pal Mo meminum arak itu bersama Jumong.
Mo Pal Mo: Arak yang enak sekali! Aku ingat saat masih kecill, Pangeran juga membawakanku arak dan memintaku membuatkan cermin perunggu untuk ibumu.
Jumong: Sampai sekarang ibuku masih menggunakan cermin itu.
Mo Pal Mo: Lalu sekarang? Apa kau ingin memintaku membuatkan cermin lagi?
Jumong: Aku datang bukan untuk sebuah cermin, tapi untuk sebuah pedang.
Mo Pal Mo terkejut. "Pedang?" tanyanya.
Jumong: Sebuah pedang yang tidak bisa patah, seperti milik kak Dae So. Aku juga ingin satu.
Paman Dae So membawakan Dae So seorang pengawal. "Namanya Na Ru. Ia akan menjadi bayangan Pangeran. Ia akan melindungi dan melayanimu." katanya pada Dae So.
Dae So: Terima kasih, Paman. Ibu sangat khawatir tentang Jumong. Apa menurut Paman, ayah akan menjadikan Jumong putra mahkota?
Paman: Yang Mulia selalu memberi perhatian khusus pada Jumong, jadi mungkin saja itu terjadi. Kita harus menyingkirkan semua masalah. Aku akan membantumu, Pangeran.
Jumong terus membujuk Mo Pal Mo. "Tolong bantu aku." ujar Jumong. "Aku akan membawakan berapapun arak yang kau mau."
Mo Pal Mo: Ini bukan tentang arak. Kau juga tahu, Pangeran, pekerja bengkel tidak boleh membuat pedang tanpa izin. Jika sampai ketahuan, aku bisa dibunuh.
Jumong: Aku hanya ingin melindungi diri. Jika ada sesuatu yang terjadi, aku tidak akan membawa-bawa nama Ketua."
Mo Pal Mo ragu. "Ketua, tolonglah."
Geum Wa mendapat laporan bahwa klan Suhn Bi, yang pernah mereka kalahkan membentuk pasukan baru untuk menyerang BuYeo. Mereka berhasil membakar tiga desa.
Geum Wa: Klan Suhn Bi sudah dikalahkan, bagaimana bisa mereka membentuk pasukan lagi hanya dalam waktu satu bulan?
Prajurit: Jumlah pasukan yang menyerang desa tidak banyak. Mereka hanya 10 orang, namun bisa mengambil alih desa. Senjata mereka terbuat dari baja, jadi kami tidak bisa mengimbangi mereka.
Geum Wa terkejut. "Kalau tidak dibantu oleh Han, hal ini sangat mustahil.
Perdana Menteri tiba-tiba masuk. "Yang Mulia, aku punya berita penting. Gubernur Hyeon To City yang baru sedang menuju BuYeo."
Geum Wa: Gubernur baru? Siapa dia?
Perdana Menteri: Aku tidak tahu.
Geum Wa berpikir. Mungkinkah ada hubungan antara senjata baja klan Suhn Bi dengan gubernur yang baru? Ia kemudian memerintahkan Jenderal BuYeo mengerahkan pasukan untuk mengalahkan klan Suhn Bi. Ia juga memerintahkan Perdana Menteri agar para pandai besi memproduksi senjata.
Yeon Ta Bal dan So Seo No masuk ke ruangan dan mengobrol bersama Sayong. "Aku dan ayah bertaruh." kata So Seo No pada Sayong. "Apa tujuan kedatangan Gubernur Hyeon To City ke BuYeo? Aku berpendapat, Gubernur pasti ingin membina persahabatan dengan BuYeo. Tapi ayah berpikir bahwa ini adalah peringatan untuk BuYeo agar menghentikan perluasan wilayah. Bagaimana menurutmu? Aku akan menang kan?"
Sayong tersenyum. "Menolong klan Suhn Bi dengan memberi senjata dilakukan untuk mengetahui rencana BuYeo. Kalau dilihat dari karakter Raja, ia pasti akan memproduksi senjata. Mereka datang ke BuYeo ingin mengetahui kemampuan persenjataan BuYeo."
Yeon Ta Bal mendapatkan informasi bahwa pasar di BuYeo dikuasai oleh seorang pria bernama Do Chi. Bahkan pasar gelap juga dikuasai olehnya. Yeon Ta Bal meminta Gye Pil untuk mencari tahu labih banyak tentang Do Chi. Do Chi adalah seorang pria gempal yang suka memakan hati mentah.
Yeo Mi Eul tidak bisa tenang karena teringat Hae Mo Su. Saat ia bersemedi, Yoo Hwa mengunjunginya. Yoo Hwa memberinya sebuah kain dengan bordiran emas.
Malam hari, Jumong mengendap-endap masuk ke bengkel pandai besi. Ia kesana untuk bertemu dengan Mo Pal Mo. Mo Pal Mo mengajarinya cara membuat pedang. Jumong berniat membuat pedangnya sendiri. Pedang buatannya tidak terlalu bagus. Jumong berniat mengulanginya beberapa hari lagi.
Na Ru mematai-matai Jumong dan berhasil mengetahui bahwa Jumong membuat pedang di bengkel. Ia ingin melaporkan pada Dae So, namun Young Po memintanya melaporkan hal itu padanya. Na Ru menolak, namun Young Po memaksanya. Na Ru memberi tahu Young Po. Young Po memerintahkan Na Ru agar tidak memberi tahu Dae So. "Aku akan mengurus masalah ini." ujarnya.
Gubernur Hyeon To City datang. Ternyata ia adalah Yang Jung, teman lama Geum Wa. BuYeo mengadakan pertunjukkan untuk menyambut mereka. Mulanya, Geum Wa menyambut Yang Jung dengan hangat, namun Yang Jung mengutarakan maksudnya yang sebenarnya.
Yang Jung: Alasanku kemari adalah untuk bertemu Yang Mulia dan menyerahkan surat dari Kaisar Han.
Geum Wa menerima surat itu dan membacanya. Geum Wa marah. "Tujuanmu kemari adalah untuk ini?"
Yang Jung: Han tidak mengizinkan BuYeo untuk melanjutkan penguasaan wilayah. BuYeo dilarang memproduksi senjata dan memperdagangkannya keluar.
Geum Wa: Kau dan aku sekarang telah menjadi musuh.
Yang Jung: Jika kau menolak, aku akan memberi senjata pada klan-klan di sekitar BuYeo.
Geum Wa sangat marah. Namun ia tidak bisa berbuat apa-apa. Ia memerintahkan Perdana Menteri untuk menghentikan kegiatan di bengkel dan memberitahu Jenderal agar membubarkan pasukan.
Mo Pal Mo diberi tahu oleh Perdana Menteri untuk menghentikan produksi senjata. Ia datang ke istana untuk memberi tahu Jumong, namun Jumong sedang tidak ada di istana. Jumong sedang berlatih bela diri bersama Mu Song di gunung.
Mo Song: Kau telah berkembang. Kau harus mencari guru yang lebih baik.
Jumong: Kurasa aku tidak bisa lagi berlatih dengan pedang kayu. Lain kali kita berlatih pakai pedang sungguhan ya!
"Iya." jawab Mu Song spontan. Tiba-tiba ia sadar dan menatap Jumong, "Pedang sungguhan? Yaa.. kalau kau tidak takut kehilangan tangan atau kaki, aku akan menerima tantanganmu."
Jumong tertawa.
Gubernur ingin melihat apakah BuYeo benar-benar menuruti perintah Han. Ia ingin mencari-cari kesalah BuYeo.
Jumong datang lagi ke bengkel pada malam hari untuk membuat pedang. Ia memompa kompor agar api bisa keluar, namun tiba-tiba kompor itu meledak. Jumong sangat terkejut. Para prajurit berlarian datang untuk memadamkan api. Salah satu pengawal Han datang dan melihat sebuah pedang. Ia melaporkan hal itu pada Yang Jung.
Young Po tersenyum menang dan bercerita pada Dae So. Young Po mengatakan kalau dialah yang meletakkan bahan peledak di dalam kompor. Dae So memarahinya. "Apa kau tahu apa yang kau lakukan?!"
Yang Jung menemui Geum Wa. Ia memerintahkan Geum Wa benar-benar menghentikan pembuatan senjata atau hubungan Han dan BuYeo akan menjadi lebih buruk.
Para pejabat meminta Geum Wa menghukum Jumong karena telah membahayakan BuYeo. Jumong dipanggil menemui Geum Wa. Ia berlutut dihadapan Geum Wa. Geum Wa memintanya menjelaskan.
Jumong: Tidak ada yang bisa dijelaskan. Hukuman apapun yang diberikan, aku akan menerimanya.
Geum Wa berteriak marah. "Kau... bukan Pangeran BuYeo lagi. Segera tinggalkan istana!"
Jumong mendongak menatap Geum Wa. "Ayah!" serunya terkejut. "Walaupun aku mengatakan akan menerima hukuman apapun, tapi tolong jangan menyuruhku meninggalkan istana! Aku tidak akan mempermalukan ayah lagi! Tolong maafkan aku!
Geum Wa: Aku masih bisa memaafkanmu karena telah mempermalukan aku di depan Gubernur Hyeon To City. Hal yang tidak bisa kumaafkan adalah bahwa kau telah mengkhianati kepercayaan dan harapanku padamu! Tinggalkan istana!
Geum Wa meminta pengawal untuk membawa Jumong keluar.
Yoo Hwa sangat terkejut mengetahui bahwa Geum Wa mengusir Jumong dari istana. "Aku tahu ini akan terjadi. Ini adalah hal yang baik. Ia telah jatuh ke dalam jurang, jika ia berhasil memanjat jurang itu sendiri, ia akan bertahan hidup. Ini adalah hal yang baik."
Di lain pihak, komplotan Permaisuri sangat senang mendengarnya.
Jumong hendak pamit pada ibunya, namun Mu Duk berkata bahwa Lady Yoo Hwa tidak ingin menemuinya. Jumong bersujud di depan kamar ibunya. Mu Duk merasa iba pada Jumong, lalu memberikan satu bungkus uang dan perhiasan untuk Jumong. Jumong menerimanya dan berjalan pergi.
Yoo Hwa memerintahkan pada Mu Duk untuk memberitahu Mu Song agar tidak membantu Jumong. "Hanya dialah orang yang dikenal Jumong di luar istana, Jumong pasti akan mencarinya." ujar Yoo Hwa.
Jumong berjalan tanpa tujuan. Ia menuju ke penjara rahasia untuk bertemu Mu Song. Tapi penjaga mengatakan Mu Song tidak ada dan menyuruh Jumong pergi. Padahal Mu Song ada di dalam. Ia mengintip Jumong pergi.
Seseorang di pasar mengamati Jumong. Ia memberi isyarat pada kedua temannya untuk bertindak. Kedua temannya itu berpura-pura bertengkar dan berkelahi di depan Jumong, dan ia mencuri bungkusan uang Jumong. Setelah berhasil, mereka kabur. Mereka mendatangi Do Chi untuk menjual perhiasan itu.
Salah seorang pencuri: Perhiasan ini adalah milik bangsawan. Berapa kau akan membayarnya?
Do Chi memeriksa perhiasan itu dengan seksama. "Perhiasan ini bukan mili bangsawan, tapi milik keluarga kerajaan." ujar Do Chi, membuat para pencuri terkejut. Do Chi memberikan sejumlah uang pada mereka.
Seorang gadis masuk dan mengantarkan semangkuk hati mentah pada Do Chi. Salah seorang pencuri keluar dan menemuinya. Pencuri itu memberikan sebuah cincin pada gadis itu. Gadis itu menolak, namun si pencuri meletakkan cincin itu di tangan sang gadis.
Jumong berhenti di kedai makanan dan makan di sana. Ketika sudah selesai, ia hendak membayar namun tidak menemukan bungkusan uang di bajunya. Jumong panik. "Maafkan aku. Aku kehilangan uangku."
Pemilik kedai marah dan menyuruh anak buahnya menangkap Jumong. Tiba-tiba terdengar suara seseorang dari belakang, "Aku yang akan membayarnya."
Jumong menoleh dan melihat So Seo No dan Oo Tae. So Seo No memberikan uang pada pemilik kedai dan berkata pada Jumong, "Pangeran BuYeo tidak bisa membayar untuk makanannya."
Jumong terdiam dan merasa tidak enak. "Aku pasti akan membayarnya."
So Seo No tersenyum. "Aku mentraktirmu untuk amal. Kau tidak perlu membayarnya."
So Seo No dan Oo Tae berjalan pergi. Jumong berpikir sejenak, lalu berlari mengejar. "Tunggu!" panggilnya. Jumong menghadang jalan mereka. "Izinkan aku bekerja di klanmu. Dengan begini, aku bisa membayar hutangku dan aku akan berguna untuk rombonganmu."
So Seo No menatapnya tajam. "Aku dilahirkan sebagai pedagang dan telah banyak mengikuti perjalanan dagang. Hal pertama yang aku pelajari adalah prinsip kepercayaan. Tapi semua yang kau katakan padaku adalah kebohongan. Bagaimana bisa aku mempekerjakan orang seperti itu?"
So Seo No kembali berjalan, namun berhenti sejenak di samping Jumong. Ia berkata, "Aku tidak sanggup membayar Pangeran BuYeo. Tolong maafkan aku, Yang Mulia."




























Selir Yooh-wa sedang merencanakan pelatihan untuk anaknya itu, dia bersama dengan pembantunya sedang mencari seseorang yang dapat dipercaya untuk membantu melatih anaknya. Dia memintanya supaya orang istana tidak ada yang mengetahui nya. Pagi harinya Selir Yooh-wa, Jumong, berserta seorang pembantunya pergi ke sebuah perbukitan mereka berencana untuk bertemu dengan saudara pembantu mereka itu. Dia adalah seorang kapten penjara bernama Mu-song, Selir Yooh-wa memutuskan untuk menjadikannya orang yang akan melatih Jumong. Setelah menyelesaikan urusannya dengannya, Selir Yooh-wa mengajak pembantunya itu untuk kembali ke istana, namun dia meminta izin sebentar untuk berbicara dengan saudaranya itu. Dia menyampaikan kepada musong untuk melakukan hal ini dengan baik-baik, mengajari Jumong dengan benar. Mungkin dengan mengajari Jumong dia dapat mengubah nasibnya pada masa yang akan datang. Mu-song bertanya kepada saudaranya itu mengenai identitas Jumong, dia mengatakan bahwa Jumong adalah anak dari kepala rumah tangga istana. Mu-song berbicara kepada Jumong mengenai syarat dan kondisi untuk berlatih dengannya, bahwa walau pun Jumong adalah anak seorang petinggi kerajaan namun dia harus menganggapnya seorang Guru. Jumong bersedia melakukan hal itu, karena hal itu sesuai dengan keinginannya dan ibunya yaitu melakukan latihan secara rahasia. Jumong menyebut dirinya bernama Chu-mo.
Sebagai sebuah permulaan dalam latihan itu, Mu-song meminta Jumong untuk mendaki salah satu puncak pegunungan di sekitar mereka. Jumong melaksanakan perintah Mu-song itu tanpa sebuah bantahan pun. Dia berusaha keras untuk mendaki puncak gunung itu, jalan berbatu, batuan terjal dan berbagai medan lainnya dia lewati. Saat Jumong tiba di puncak itu dia sangat puas, dia mengungkapkannya dengan sebuah teriakan kemenangan.
Mu-song sedang tertidur lelap saat Jumong datang. Jumong memanggilnya dengan suara pelan, namun Mu-song tidak bangun. Jumong berlutut untuk mendekatkan dirinya dengan Mu-song, kali ini dia berteriak. Mu-song bangun dari tidurnya, Jumong bertanya apa yang harus dilakukannya hari ini. Mu-song dengan malasnya hanya menyuruh Jumong untuk mendaki gunung yang kemarin dia daki namun dengan pelan-pelan. Mu-song kembali tidur lagi, mendengar hal itu Jumong tentu saja emosi, dia mengambil tempat arak yang ada disamping Mu-song dan membantingnya ke sebelah Mu-song. Mu-song terbangun dari tidurnya itu dan berkata bahwa Jumong tidak menepati Janjinya kemarin bahwa dia akan melakukan apa pun yang dikatakan Mu-song. Jumong menanyakannya kapan akan mengajarinya seni perang dan juga dia meragukan kemampuan Mu-song itu. Mendengar perkataan Jumong itu tentu saja dia tersinggung. Mu-song menyuruh Jumong untuk mengikutinya. Mu-song membawanya kesuatu tempat, ketika tiba ditempat itu dua penjaga gerbang sedang tertidur. Jumong bertanya tempat apa itu, Mu-song mengatakan bahwa tempat itu adalah sebuah penjara.
Ratu, Pangeran Dae-so, dan Young-po membahas masalah itu. Ratu bertanya kenapa Dae-so melakukan hal itu kepada Jumong. Dae-so memberikan sebuah alasan yang cukup masuk akal, karena 20 pukulan dapat menyebabkan Jumong tidak akan dapat berjalan lagi. Selain itu Dae-so juga mempunyai maksud lain, karena apabila Jumong saat ini dihukum 20 kali pukulan maka tidak hanya dia akan kelihangan kemampuan berjalannya, namun lebih jauh lagi dia ingin mengusir Jumong dari istana. Apabila dia di pukul 20 kali dan kehilangan kemampuan berjalannya, maka untuk selamanya dia akan berada dalam istana dan juga akan mendapatkan perlindungan dari Raja untuk selamanya.
Mereka bertiga berhenti untuk beristirahat dan mengecek peta perjalanan itu. Dae-so dan Young-po sedang mendiskusikan peta perjalanan mereka. Sedangkan Jumong sedang mengambil air karena kehausan. Jumong memberikannya kepada kakaknya Dae-so untuk mencobanya, setelah menegak air itu Dae-so benar-benar menungkapkan kesegaran air itu, dia kemudian memberikannya kepada adiknya Young-po untuk mencoba kesegarannya. Young-po berpendapat sama dengan Dae-so mengenai kesegaran air itu, dia memberikannya kepada adiknya Jumong untuk mencobanya dan dia mengucapkan terima kasih kepada adiknya atas air itu. Mereka pun melanjutkan kembali perjalanan itu.
Begitu terbangun dari tidurnya Jumong sudah berada dalam sebuah tenda bersama dengan beberapa kelompok pedagang. So Seo-no sedang mengikat kudanya ketika dia melihat Jumong berjalan kebingugan. Dia memanggilnya, namun Jumong tidak menaruh rasa hormat kepadanya, dia hampir mengatakan bahwa dirinya adalah seorang pangeran Buyeo, namun tidak tidak jadi mengatakannya. Perlakuan So Seo-no membuatnya emosi, dia mencoba menyerangnya. So Seo-no mengambil cambuknya, topinya terurai dan Jumong melihatnya adalah seorang wanita. So Seo-no memerintahkan anak buahnya untuk mengikat Jumong. Ketika perjalanan keesokan harinya Jumong berjalan terikat bersama dengan rombongan perdagangan So Seo-no. Jumong mencoba
untuk melarikan diri dari kelompok itu, namun dia tidak dapat melakukannya. Jumong bertanya kepada So Seo-no kenapa dia mengikatnya seperti itu, apa kesalahan yang telah dilakukan Jumong. Jawaban So Seo-no sangat sederhana bahwa dia berhutang nyawa dengannya, dan untuk menebusnya dia akan di jual. Namun tentu saja Jumong protes terhadap hal itu karena dia masih mempunyai tugas yang harus ia selesaikan, dia berusaha bernegosiasi dengan meminta waktu beberapa hari untuk menyelesaikan tugasnya itu dan kembali lagi kepada mereka untuk menyelesaikan hutannya itu. Namun So Seo-no justru tertawa karena menyangka bahwa dirinya (jumong) akan melarikan diri, dia bertanya apakah itu siasat terbaik yang dimilikinya untuk meloloskan diri. So Seo-no berjalan kembali dan seluruh rombongannya ikut bersamanya, seorang pelayan Yeon ta-bal lah yang melepaskan ikatan Jumong.
Dae-so dan Young-po sudah melihat lokasi gunung yang menjadi tempat disembunyikannya busur panah milik nenek moyang Buyeo. Mereka akan tiba di tujuan mereka sebentar lagi. Sedangkan Jumong masih bersama dengan rombongan dagang yang dipimpin oleh So Seo-no, mereka berada di sebuah pegunungan yang cukup tandus untuk melakukan sebuah perdagangan. So Seo-no bertemu dengan sekelompok prajurit, mereka akan melakukan transaksi 2 kilogram emas untuk 40 pedang dan 40 tombak. Pembeli mengatakan mereka sepakat untuk melakukan transaksi itu, namun pihak pembeli yang memulai serangan kepada kelompok So Seo-no. Pembeli itu kalah dan So Seo-no meminta anak buahnya untuk membunuh mereka semua. Namun, dia menolaknya dan meminta So Seo-no membunuhnya sendiri. So Seo-no akhirnya meminta mereka untuk meninggalkan tempat itu dan memutuskan untuk tidak melakukan perdagangan dengan kelompok mereka lagi.
wa, namun kali ini dia menatap matanya untuk menunjukan keseriusan perkataannya itu. “Ini semua dilakukan untuk menghindari konfrontasi langsung dengan bangsa Han. Yang Mulia membuat keputusan ini untuk melindungi Yang Mulia dan BuYeo. Yang Mulia, anda harus mengerti bahwa Yang Mulia menganggap kau penting dalam hidupnya. Jangan terburu-buru lagi.”, ucap duta besar kepada Geum-wa. Geum-wa marah kepada duta besar karena duta besar mengetahui semua ini namun tidak memberitahukan kepada Geum-wa. Geum-wa emosi melihat anggukan kepala duta besar untuk mengiyakan pertanyaannya. Dia berdiri langsung mengambil pedang dari meja disampingnya, dia langsung mengarahkannya ke leher duta besar. “Aku tidak takut mati, tapi aku percaya Yang Mulia sudah membuat keputusan yang benar. Yang Mulia…. Jika Hae Mosu selamat, kemudian Buyeo dan Yang Mulia akan berada dalam bahaya besar.”, ucap duta besar kepada Geum-wa. Duta besar sama sekali tidak bergerak sewaktu Geum-wa mengarahkan pedang ke lehernya, bahkan dia sama sekali tidak berkedip maupun takut terhadap ancaman itu. Melihat duta besar yang tetap bersikukuh dengan pendiriannya itu, Geum-wa melampiaskan emosinya dengan menebaskan pedangnya itu ke meja di hadapanya dan duta besar.
Hae Mosu di kawal pasukan berkuda dan juga pasukan invanteri lainnya dari bangsa Han. Hae mosu berada dalam sebuah kereta kuda, dia duduk didalamnya dengan mata di tutup dengan penutup mata. Ditengah perjalanan itu, pasukan Dalmu menyerang mereka. Geum-wa membebaskan Hae Mosu dari kereta itu, namun Hae Mosu menolaknya karena dia tidak ingin jatuh korban lagi karena dirinya. Namun Geum-wa memaksanya dan menaikkannya ke atas kuda. Geum-wa memukul keras tubuh kuda itu sehingga dia lari dengan keras, Geum-wa menyusul dibelakannya. Hae Mosu menunggangi kuda dalam kebutaan. Dia berada tepat di belakang Geum-wa, namun ketika mereka sampai di persimpangan mereka berdua terpisah, Geum-wa yang berada di depan mengambil jalur kanan, sedangkan Hae Mosu yang tidak dapat melihat dia berjalan lurus terus. Setelah dia berjalan cukup jauh, Geum-wa tersadar bahwa Hae Mosu tidak berada dibelakangnya. Geum-wa kembali lagi ke persimpangan itu, dia menengok ke kanan dan ke kiri. Tidak lama kemudian pasukan berkuda kerajaan Han terlihat sedang menyusul mereka, Geum-wa mencoba mengecoh mereka dengan mengambil arah sebelumnya dan membiarkan Hae Mosu terpisah dari dirinya. Pasukan berkuda yang melihat hal itu membagi dua kelompok mereka, dua orang pasukan berkuda mengikuti Geum-wa sedangkan sisanya mengambil jalan lurus seperti yang di ambil oleh Hae Mosu. Hae Mosu mengendarai kudanya dengan setengah sadar, tubuhnya terpelanting kesana-sini. Hae Mosu terpojok di tepian bukit yang di depannya adalah sebuah sungai. Pasukan berkuda yang ada di belakangnya, mengarahkan dan menembakan busur panahnya ke arah Hae Mosu, dan tepat menancap di dada kirinya. Hae Mosu terjatuh dari kudanya, namun dia masih dapat berdiri. Busur panah kedua di lepaskan dan kembali mengenainya. Geum-wa menyaksikan rekannya itu terpanah dari bawah bukit. Hae Mosu terus berjalan mundur tanpa sadar, dia terjatuh ke sungai di belakangnya.
Hae Mosu kelelahan, dan minum air sungai. Tak jauh dari sana, rombongan pedagang sedang berjalan, ketua kelompok pedangan itu memutuskan untuk bermalam disana malam itu. Ketua kelompok itu, melihat Hae Mosu di tepi sungai. Dia menghampiri Hae Masu yang terlihat kelelahan dan minum di tepian sungai itu. Ketua kelompok itu juga melepaskan dahaganya dengan minum air yang sama dengan Hae Mosu, setelah menengaknya dia mengeluarkan suara seperti tidak minum selama beberapa hari. “Apakah kau seorang pengungsi?”, tanya pemimpin kelompok itu. Hae Mosu terdiam sesaat dan memandanginya, “Ya”, kata Hae Mosu. Ketua kelompok pedagang itu adalah Yeon Ta-bal, yang merupakan pemimpin dari suku GyehRuBu dari bangsa JulBoon, dia justru menawarkan Hae Mosu untuk makan bersama kelompoknya.
Pasukan berkuda membawa puteri Yooh-wa dalam keadaan terikat dan berjalan kaki. Dia terjatuh, karena kelelahan. Salah satu anggota pasukan berkuda menariknya supaya dia bangun. Yooh-wa berjalan dengan tertatih tatih. Sementara itu, Hae Mosu, memikirkan sesuatu di pinggiran sungai berarus tenang, dia mengingat kembali perkataan Yooh-wa yang pernah diucapkannya, “Aku tau suku kami akan musnah. Tapi ketika aku berlari di jalan pegunungan, aku berfikir bahwa “itu” mungkin dia… Jantungku berdebar… aku berharap bahwa orang yang aku selamatkan adalah Hae Mosu.”










