Geum-wa bertemu dengan Yooh-wa di kota Hyeon-to-goom. Dia menemukannya menangis di hadapan Hae Mosu yang tertambat pada sebuah tiang, tubuhnya penuh dengan lumuran dengan darah. Geum-wa mendekati Yooh-wa, “Aku mengandung….Anak Hae Mosu.”, ucap Yooh-wa yang menangis sambil menundukkan wajahnya. Yooh-wa berniat mengambil aksi nekat dengan mendekati Hae Mosu untuk memberitahukan bahwa dia sedang mengandung anaknya. Namun, Geum-wa dengan sigap mencegahnya, Geum-wa membawanya menjauhi Hae Mosu dan mengajaknya kesebuah tempat di luar Hyeon-to-Goom. Tidak sepatah kata pun keluar dari mulut mereka berdua di tempat itu.
Geum-wa sedang berjalan di pelataran istana dikawal oleh dua orang penjaga. Saat itu dia dilapori bahwa Jenderal Hae Mosu akan diserahkan kepada bangsa Han dalam waktu 3 hari. Geum-wa menghadap Ayahnya untuk meminta izin menyelamatkan Hae Mosu. “Biarkan aku memimpin tentara untuk misi penyelamatan.”, kata Geum-wa. “Aku tidak akan mengizinkanmu pergi. Karena kebodohan Hae Mosu, semua usaha kita telah dirusaknya! Aku tidak akan menyelamatkan orang seperti itu! Keluar!”, kata Ayah Geum-wa yang marah besar karena hal itu. Ketika Geum-wa keluar, duta besar memanggilnya, “Yang Mulia, aku harus berbicara denganmu.”, kata duta besar kepada Geum-wa. Mereka pergi ke salah satu ruangan di Istana tersebut. Duta besar meminta kepada Geum-wa untuk membatalkan niatannya untuk menyelamatkan Jenderal Hae Mosu. “Duta besar! Temanku, Hae Mosu, lebih penting bagiku melebihi nyawaku sendiri. Meskipun Yang mulia menolak untuk menyelamatkan Hae Mosu, Aku akan membawa sisa tentara DalMu untuk menyelamatkan Hae Mosu.”, kata Geum-wa. “Yang Mulia, penyebab keberhasilan pasukan Han dalam penangkapan Hae Mosu adalah karena dia masuk ke dalam perangkap. Orang yang mengatur kejatuhan Hae Mosu adalah… kau tau siapa?”, kata duta besar tanpa sedikit pun melihat lawan bicaranya. Geum-wa tidak menjawab pertanyaannya. “Itu adalah Yang Mulia”, ucap Duta besar kepada Geum- wa, namun kali ini dia menatap matanya untuk menunjukan keseriusan perkataannya itu. “Ini semua dilakukan untuk menghindari konfrontasi langsung dengan bangsa Han. Yang Mulia membuat keputusan ini untuk melindungi Yang Mulia dan BuYeo. Yang Mulia, anda harus mengerti bahwa Yang Mulia menganggap kau penting dalam hidupnya. Jangan terburu-buru lagi.”, ucap duta besar kepada Geum-wa. Geum-wa marah kepada duta besar karena duta besar mengetahui semua ini namun tidak memberitahukan kepada Geum-wa. Geum-wa emosi melihat anggukan kepala duta besar untuk mengiyakan pertanyaannya. Dia berdiri langsung mengambil pedang dari meja disampingnya, dia langsung mengarahkannya ke leher duta besar. “Aku tidak takut mati, tapi aku percaya Yang Mulia sudah membuat keputusan yang benar. Yang Mulia…. Jika Hae Mosu selamat, kemudian Buyeo dan Yang Mulia akan berada dalam bahaya besar.”, ucap duta besar kepada Geum-wa. Duta besar sama sekali tidak bergerak sewaktu Geum-wa mengarahkan pedang ke lehernya, bahkan dia sama sekali tidak berkedip maupun takut terhadap ancaman itu. Melihat duta besar yang tetap bersikukuh dengan pendiriannya itu, Geum-wa melampiaskan emosinya dengan menebaskan pedangnya itu ke meja di hadapanya dan duta besar.
Hae Mosu di kawal pasukan berkuda dan juga pasukan invanteri lainnya dari bangsa Han. Hae mosu berada dalam sebuah kereta kuda, dia duduk didalamnya dengan mata di tutup dengan penutup mata. Ditengah perjalanan itu, pasukan Dalmu menyerang mereka. Geum-wa membebaskan Hae Mosu dari kereta itu, namun Hae Mosu menolaknya karena dia tidak ingin jatuh korban lagi karena dirinya. Namun Geum-wa memaksanya dan menaikkannya ke atas kuda. Geum-wa memukul keras tubuh kuda itu sehingga dia lari dengan keras, Geum-wa menyusul dibelakannya. Hae Mosu menunggangi kuda dalam kebutaan. Dia berada tepat di belakang Geum-wa, namun ketika mereka sampai di persimpangan mereka berdua terpisah, Geum-wa yang berada di depan mengambil jalur kanan, sedangkan Hae Mosu yang tidak dapat melihat dia berjalan lurus terus. Setelah dia berjalan cukup jauh, Geum-wa tersadar bahwa Hae Mosu tidak berada dibelakangnya. Geum-wa kembali lagi ke persimpangan itu, dia menengok ke kanan dan ke kiri. Tidak lama kemudian pasukan berkuda kerajaan Han terlihat sedang menyusul mereka, Geum-wa mencoba mengecoh mereka dengan mengambil arah sebelumnya dan membiarkan Hae Mosu terpisah dari dirinya. Pasukan berkuda yang melihat hal itu membagi dua kelompok mereka, dua orang pasukan berkuda mengikuti Geum-wa sedangkan sisanya mengambil jalan lurus seperti yang di ambil oleh Hae Mosu. Hae Mosu mengendarai kudanya dengan setengah sadar, tubuhnya terpelanting kesana-sini. Hae Mosu terpojok di tepian bukit yang di depannya adalah sebuah sungai. Pasukan berkuda yang ada di belakangnya, mengarahkan dan menembakan busur panahnya ke arah Hae Mosu, dan tepat menancap di dada kirinya. Hae Mosu terjatuh dari kudanya, namun dia masih dapat berdiri. Busur panah kedua di lepaskan dan kembali mengenainya. Geum-wa menyaksikan rekannya itu terpanah dari bawah bukit. Hae Mosu terus berjalan mundur tanpa sadar, dia terjatuh ke sungai di belakangnya.
Yooh-wa sedang berusaha keras untuk melahirkan. Yooh-wa melahirkan dengan selamat, dan itu adalah seorang anak laki-laki. Sementara itu Pendeta Tertinggi kerajaan, Yeo Mi-Eul baru saja mendapatkan sebuah penglihatan, yaitu sebuah naga/burung berkaki tiga yang terbang di atas matahari Buyeo. Yeo Mi-Eul meminta pelayannya untuk memberitahu duta besar mengenai masalah ini. Raja Bu Yeo sedang tidur, namun banyak pejabat istana berkumpul disana dan salah satu pelayan yang mengenakan pakaian berwarna biru menggunakan sebuah bulu dari burung sejenis merak dan mendekatkannya ke hidung sang Raja. Yeo Mi-Eul bertemu dengan duta besar untuk membicarakan fenomena yang baru saja dilihatnya itu. “Jendral Hae Mosu sudah pasti mati?”, tanya Yeo Mi-Eul kepada duta besar yang mengiyakan pertanyaan itu. “Apakah ada yang salah?”, tanya duta besar kepada Yeo Mi-Eul. “Meskipun legenda 3 burung telah menghilang dari matahari Buyeo,…”, ucap Yeo Mi-Eul. “Gejala alam yang menentukan masa depan Buyeo telah menghilang. Itu salah satu alasan untuk membuat perayaan!”, kata duta besar. “Bagaimanapun, legenda tiga burung itu tidak mati, sebaliknya makin mengangkasa dan bertambah kuat. Selama itu tidak mati, masih ada kemungkinan bahwa itu akan terbang kembali.”, ucap Yeo Mi-Eul. “Tidak, sepertinya tidak begitu. Hae mosu pasti sudah mati, tidak mungkin dia akan dapat terbang lagi.”, kata duta besar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar