Minggu, 28 Februari 2010

Sinopsis JUMONG Episode 6

Sinopsis Jumong Episode 6

Mu Song mengantar Yeo Mi Eul dan Perdana Menteri mengunjungi pria buta. Jumong sudah keluar dari sel itu dan mengintip mereka. Ia sangat terkejut melihat Yeo Mi Eul dan Perdana Menteri.
Pria Buta: Apa itu kau, Mu Song?
Mu Song: Benar.
Pria Buta: Siapa yang datang denganmu? Sepertinya mereka baru kali ini kemari.
Mu Song: Tunggu. Bukankah kau buta? Dari mana kau tahu mereka tidak pernah ke sini?
Pria Buta: Dua orang yang datang bersamamu, salah satunya adalah seorang wanita. Aku sudah lama tidak mencium aroma wanita. Untuk apa kalian datang?
Yeo Mi Eul dan Perdana Menteri tidak berkata apapun. Perdana Menteri memberi isyarat pada Mu Song untuk mengantar mereka keluar.
Perdana Menteri berkata pada Mu Song, "Jangan katakan pada siapapun kalau kami kemari. Jika ada yang tahu, bukan hanya kau, tapi seluruh keluargamu juga akan mati.
Mu Song kembali ke dalam penjara dan mencari Jumong. "Chu Mo! Chu Mo!" panggilnya. "Pergi dari sini dan jangan pernah kembali. Kita bertemu di Gunung Chun Ma saja mulai sekarang.
Jumong tidak mengindahkannya. "Apa yang dilakukan Perdana Menteri di sini?"
Mu Song: Kau melihatnya?
Jumong: Untuk apa dia bertemu dengan pria itu dan apa kejahatan yang sudah dilakukannya? Apa kau tahu?
Mo Sung menggeleng. "Tidak, aku tidak tahu. Kalaupun tahu, aku tidak akan memberi tahu. Tolong jangan tanya lagi dan pegi. Ayo, pergi."
Jumong tidak bisa melepaskan pikirannya dari pria buta. Ia terus memikirkan kata-kata pria buta itu, bahwa dia lupa siapa dirinya dan dia tidak tahu kenapa dia dikurung.
Jumong kembali ke istana. Dae So memintanya menemuinya di tempat latihan bela diri. "Aku tahu kau sedang berlatih bela diri. Aku akan mengajarimu teknik yang baru." ujar Dae So seraya melempar sebuah pedang padanya.
Jumong: Kemampuanku tidak sebanding dengan kakak. Aku sama sekali tidak punya kemampuan.
Young Po: Dasar kau tidak berguna! Kau mungkin tidak punya kemampuan, tapi seharusnya kau punya keberanian. Bagaimana kau bisa menguasai bela diri dengan mental seperti itu! Kak Dae So memberimu kesempatan. Kenapa kau tidak manfaatkan kesempatan ini?!
Dae So berkata pada Young Po. "Mundur." katanya. Ia berpaling pada Jumong dan tersenyum (sok baik), "Jangan khawatir. Aku hanya ingin menolongmu. Majulah."
Dae So mengeluarkan pedangnya. Jumong juga mengeluarkan pedangnya, kemudian menyerang Dae So. Jumong berusaha mengimbangi Dae So. Dae So menghunuskan pedangnya, Jumong menangkis, namun pedang Jumong patah.
Dae So berkata angkuh: Walaupun aku meminta, seharusnya kau tidak menyetujuinya. Aku akan mengajarimu hal lain... Keberanian yang tidak rasional hanya akan membawamu pada kematian. Ingat itu.
Young Po dan Dae So tersenyum menang. Jumong shock. Ia melihat pedangnya yang patah.
Malamnya, Jumong mengunjungi Mo Pal Mo dan membawakannya arak. Mo Pal Mo sangat senang. Mo Pal Mo meminum arak itu bersama Jumong.
Mo Pal Mo: Arak yang enak sekali! Aku ingat saat masih kecill, Pangeran juga membawakanku arak dan memintaku membuatkan cermin perunggu untuk ibumu.
Jumong: Sampai sekarang ibuku masih menggunakan cermin itu.
Mo Pal Mo: Lalu sekarang? Apa kau ingin memintaku membuatkan cermin lagi?
Jumong: Aku datang bukan untuk sebuah cermin, tapi untuk sebuah pedang.
Mo Pal Mo terkejut. "Pedang?" tanyanya.
Jumong: Sebuah pedang yang tidak bisa patah, seperti milik kak Dae So. Aku juga ingin satu.
Paman Dae So membawakan Dae So seorang pengawal. "Namanya Na Ru. Ia akan menjadi bayangan Pangeran. Ia akan melindungi dan melayanimu." katanya pada Dae So.
Dae So: Terima kasih, Paman. Ibu sangat khawatir tentang Jumong. Apa menurut Paman, ayah akan menjadikan Jumong putra mahkota?
Paman: Yang Mulia selalu memberi perhatian khusus pada Jumong, jadi mungkin saja itu terjadi. Kita harus menyingkirkan semua masalah. Aku akan membantumu, Pangeran.

Jumong terus membujuk Mo Pal Mo. "Tolong bantu aku." ujar Jumong. "Aku akan membawakan berapapun arak yang kau mau."
Mo Pal Mo: Ini bukan tentang arak. Kau juga tahu, Pangeran, pekerja bengkel tidak boleh membuat pedang tanpa izin. Jika sampai ketahuan, aku bisa dibunuh.
Jumong: Aku hanya ingin melindungi diri. Jika ada sesuatu yang terjadi, aku tidak akan membawa-bawa nama Ketua."
Mo Pal Mo ragu. "Ketua, tolonglah."
Geum Wa mendapat laporan bahwa klan Suhn Bi, yang pernah mereka kalahkan membentuk pasukan baru untuk menyerang BuYeo. Mereka berhasil membakar tiga desa.
Geum Wa: Klan Suhn Bi sudah dikalahkan, bagaimana bisa mereka membentuk pasukan lagi hanya dalam waktu satu bulan?
Prajurit: Jumlah pasukan yang menyerang desa tidak banyak. Mereka hanya 10 orang, namun bisa mengambil alih desa. Senjata mereka terbuat dari baja, jadi kami tidak bisa mengimbangi mereka.
Geum Wa terkejut. "Kalau tidak dibantu oleh Han, hal ini sangat mustahil.
Perdana Menteri tiba-tiba masuk. "Yang Mulia, aku punya berita penting. Gubernur Hyeon To City yang baru sedang menuju BuYeo."
Geum Wa: Gubernur baru? Siapa dia?
Perdana Menteri: Aku tidak tahu.
Geum Wa berpikir. Mungkinkah ada hubungan antara senjata baja klan Suhn Bi dengan gubernur yang baru? Ia kemudian memerintahkan Jenderal BuYeo mengerahkan pasukan untuk mengalahkan klan Suhn Bi. Ia juga memerintahkan Perdana Menteri agar para pandai besi memproduksi senjata.
Yeon Ta Bal dan So Seo No masuk ke ruangan dan mengobrol bersama Sayong. "Aku dan ayah bertaruh." kata So Seo No pada Sayong. "Apa tujuan kedatangan Gubernur Hyeon To City ke BuYeo? Aku berpendapat, Gubernur pasti ingin membina persahabatan dengan BuYeo. Tapi ayah berpikir bahwa ini adalah peringatan untuk BuYeo agar menghentikan perluasan wilayah. Bagaimana menurutmu? Aku akan menang kan?"
Sayong tersenyum. "Menolong klan Suhn Bi dengan memberi senjata dilakukan untuk mengetahui rencana BuYeo. Kalau dilihat dari karakter Raja, ia pasti akan memproduksi senjata. Mereka datang ke BuYeo ingin mengetahui kemampuan persenjataan BuYeo."

Yeon Ta Bal mendapatkan informasi bahwa pasar di BuYeo dikuasai oleh seorang pria bernama Do Chi. Bahkan pasar gelap juga dikuasai olehnya. Yeon Ta Bal meminta Gye Pil untuk mencari tahu labih banyak tentang Do Chi. Do Chi adalah seorang pria gempal yang suka memakan hati mentah.
Yeo Mi Eul tidak bisa tenang karena teringat Hae Mo Su. Saat ia bersemedi, Yoo Hwa mengunjunginya. Yoo Hwa memberinya sebuah kain dengan bordiran emas.
Malam hari, Jumong mengendap-endap masuk ke bengkel pandai besi. Ia kesana untuk bertemu dengan Mo Pal Mo. Mo Pal Mo mengajarinya cara membuat pedang. Jumong berniat membuat pedangnya sendiri. Pedang buatannya tidak terlalu bagus. Jumong berniat mengulanginya beberapa hari lagi.

Na Ru mematai-matai Jumong dan berhasil mengetahui bahwa Jumong membuat pedang di bengkel. Ia ingin melaporkan pada Dae So, namun Young Po memintanya melaporkan hal itu padanya. Na Ru menolak, namun Young Po memaksanya. Na Ru memberi tahu Young Po. Young Po memerintahkan Na Ru agar tidak memberi tahu Dae So. "Aku akan mengurus masalah ini." ujarnya.
Gubernur Hyeon To City datang. Ternyata ia adalah Yang Jung, teman lama Geum Wa. BuYeo mengadakan pertunjukkan untuk menyambut mereka. Mulanya, Geum Wa menyambut Yang Jung dengan hangat, namun Yang Jung mengutarakan maksudnya yang sebenarnya.
Yang Jung: Alasanku kemari adalah untuk bertemu Yang Mulia dan menyerahkan surat dari Kaisar Han.
Geum Wa menerima surat itu dan membacanya. Geum Wa marah. "Tujuanmu kemari adalah untuk ini?"
Yang Jung: Han tidak mengizinkan BuYeo untuk melanjutkan penguasaan wilayah. BuYeo dilarang memproduksi senjata dan memperdagangkannya keluar.
Geum Wa: Kau dan aku sekarang telah menjadi musuh.
Yang Jung: Jika kau menolak, aku akan memberi senjata pada klan-klan di sekitar BuYeo.
Geum Wa sangat marah. Namun ia tidak bisa berbuat apa-apa. Ia memerintahkan Perdana Menteri untuk menghentikan kegiatan di bengkel dan memberitahu Jenderal agar membubarkan pasukan.

Mo Pal Mo diberi tahu oleh Perdana Menteri untuk menghentikan produksi senjata. Ia datang ke istana untuk memberi tahu Jumong, namun Jumong sedang tidak ada di istana. Jumong sedang berlatih bela diri bersama Mu Song di gunung.
Mo Song: Kau telah berkembang. Kau harus mencari guru yang lebih baik.
Jumong: Kurasa aku tidak bisa lagi berlatih dengan pedang kayu. Lain kali kita berlatih pakai pedang sungguhan ya!
"Iya." jawab Mu Song spontan. Tiba-tiba ia sadar dan menatap Jumong, "Pedang sungguhan? Yaa.. kalau kau tidak takut kehilangan tangan atau kaki, aku akan menerima tantanganmu."
Jumong tertawa.

Gubernur ingin melihat apakah BuYeo benar-benar menuruti perintah Han. Ia ingin mencari-cari kesalah BuYeo.
Jumong datang lagi ke bengkel pada malam hari untuk membuat pedang. Ia memompa kompor agar api bisa keluar, namun tiba-tiba kompor itu meledak. Jumong sangat terkejut. Para prajurit berlarian datang untuk memadamkan api. Salah satu pengawal Han datang dan melihat sebuah pedang. Ia melaporkan hal itu pada Yang Jung.

Young Po tersenyum menang dan bercerita pada Dae So. Young Po mengatakan kalau dialah yang meletakkan bahan peledak di dalam kompor. Dae So memarahinya. "Apa kau tahu apa yang kau lakukan?!"

Yang Jung menemui Geum Wa. Ia memerintahkan Geum Wa benar-benar menghentikan pembuatan senjata atau hubungan Han dan BuYeo akan menjadi lebih buruk.
Para pejabat meminta Geum Wa menghukum Jumong karena telah membahayakan BuYeo. Jumong dipanggil menemui Geum Wa. Ia berlutut dihadapan Geum Wa. Geum Wa memintanya menjelaskan.
Jumong: Tidak ada yang bisa dijelaskan. Hukuman apapun yang diberikan, aku akan menerimanya.
Geum Wa berteriak marah. "Kau... bukan Pangeran BuYeo lagi. Segera tinggalkan istana!"
Jumong mendongak menatap Geum Wa. "Ayah!" serunya terkejut. "Walaupun aku mengatakan akan menerima hukuman apapun, tapi tolong jangan menyuruhku meninggalkan istana! Aku tidak akan mempermalukan ayah lagi! Tolong maafkan aku!
Geum Wa: Aku masih bisa memaafkanmu karena telah mempermalukan aku di depan Gubernur Hyeon To City. Hal yang tidak bisa kumaafkan adalah bahwa kau telah mengkhianati kepercayaan dan harapanku padamu! Tinggalkan istana!
Geum Wa meminta pengawal untuk membawa Jumong keluar.

Yoo Hwa sangat terkejut mengetahui bahwa Geum Wa mengusir Jumong dari istana. "Aku tahu ini akan terjadi. Ini adalah hal yang baik. Ia telah jatuh ke dalam jurang, jika ia berhasil memanjat jurang itu sendiri, ia akan bertahan hidup. Ini adalah hal yang baik."
Di lain pihak, komplotan Permaisuri sangat senang mendengarnya.
Jumong hendak pamit pada ibunya, namun Mu Duk berkata bahwa Lady Yoo Hwa tidak ingin menemuinya. Jumong bersujud di depan kamar ibunya. Mu Duk merasa iba pada Jumong, lalu memberikan satu bungkus uang dan perhiasan untuk Jumong. Jumong menerimanya dan berjalan pergi.

Yoo Hwa memerintahkan pada Mu Duk untuk memberitahu Mu Song agar tidak membantu Jumong. "Hanya dialah orang yang dikenal Jumong di luar istana, Jumong pasti akan mencarinya." ujar Yoo Hwa.

Jumong berjalan tanpa tujuan. Ia menuju ke penjara rahasia untuk bertemu Mu Song. Tapi penjaga mengatakan Mu Song tidak ada dan menyuruh Jumong pergi. Padahal Mu Song ada di dalam. Ia mengintip Jumong pergi.
Seseorang di pasar mengamati Jumong. Ia memberi isyarat pada kedua temannya untuk bertindak. Kedua temannya itu berpura-pura bertengkar dan berkelahi di depan Jumong, dan ia mencuri bungkusan uang Jumong. Setelah berhasil, mereka kabur. Mereka mendatangi Do Chi untuk menjual perhiasan itu.
Salah seorang pencuri: Perhiasan ini adalah milik bangsawan. Berapa kau akan membayarnya?
Do Chi memeriksa perhiasan itu dengan seksama. "Perhiasan ini bukan mili bangsawan, tapi milik keluarga kerajaan." ujar Do Chi, membuat para pencuri terkejut. Do Chi memberikan sejumlah uang pada mereka.
Seorang gadis masuk dan mengantarkan semangkuk hati mentah pada Do Chi. Salah seorang pencuri keluar dan menemuinya. Pencuri itu memberikan sebuah cincin pada gadis itu. Gadis itu menolak, namun si pencuri meletakkan cincin itu di tangan sang gadis.
Jumong berhenti di kedai makanan dan makan di sana. Ketika sudah selesai, ia hendak membayar namun tidak menemukan bungkusan uang di bajunya. Jumong panik. "Maafkan aku. Aku kehilangan uangku."
Pemilik kedai marah dan menyuruh anak buahnya menangkap Jumong. Tiba-tiba terdengar suara seseorang dari belakang, "Aku yang akan membayarnya."
Jumong menoleh dan melihat So Seo No dan Oo Tae. So Seo No memberikan uang pada pemilik kedai dan berkata pada Jumong, "Pangeran BuYeo tidak bisa membayar untuk makanannya."
Jumong terdiam dan merasa tidak enak. "Aku pasti akan membayarnya."
So Seo No tersenyum. "Aku mentraktirmu untuk amal. Kau tidak perlu membayarnya."
So Seo No dan Oo Tae berjalan pergi. Jumong berpikir sejenak, lalu berlari mengejar. "Tunggu!" panggilnya. Jumong menghadang jalan mereka. "Izinkan aku bekerja di klanmu. Dengan begini, aku bisa membayar hutangku dan aku akan berguna untuk rombonganmu."
So Seo No menatapnya tajam. "Aku dilahirkan sebagai pedagang dan telah banyak mengikuti perjalanan dagang. Hal pertama yang aku pelajari adalah prinsip kepercayaan. Tapi semua yang kau katakan padaku adalah kebohongan. Bagaimana bisa aku mempekerjakan orang seperti itu?"
So Seo No kembali berjalan, namun berhenti sejenak di samping Jumong. Ia berkata, "Aku tidak sanggup membayar Pangeran BuYeo. Tolong maafkan aku, Yang Mulia."

Sinopsis JUMONG Episode 5

“Aku melihat Busur Dalmu, aku melihat busur itu bahkan dapat kutarik dengan mudahnya. Tapi begitu ku tarik busur itu. Busur Dalmu itu patah.”, ujar Jumong kepada Ibunya. “Busur suci itu patah?”, Ibunya sedikit terkejut mendengar perkataan Jumong. “Aku ketakutan karenanya, tapi aku lebih takut akan kakak-kakak itu. Aku tidak tersesat. Tapi kakak… meninggalkanku mati. mematahkan busur Dalmu adalah kejahatan serius, tapi bagaimana kukatakan melihat Busur itu di depan kedua kakakku yang menginginkan ku mati. Ibu, apa yang harus aku lakukan?”, Jumong menangis mengatakan itu semua.

Won-bi, Dae-so, dan juga Young-po sedang mendiskusikan masalah kembalinya Jumong itu. Ibunya penasaran kenapa Jumong masih bisa kembali, padahal kemarian mereka berdua mengatakan bahwa Jumong sudah mati. Ibunya mengkhawatirkan penetapan Putera Mahkota kerjaan, mungkin banyak orang beranggapan bahwa Dae-so adalah putera mahkota kerjaan itu, namun hal itu belum di pastikan karena hal itu belum di tetapkan. Young-po gelisah setengah mati di samping kakaknya, Young-po meminta izin kepada adiknya untuk membereskan Jumong. Dae-so tidak menginginkan adiknya itu tergesa-gesa dalam melakukan hal itu, dia sendiri yang akan menghabisi Jumong pada saat yang tepat. Dae-so meminta adiknya itu untuk mengawasi apa yang dilakukan oleh Jumong.

“Aku tidka pernah membesarkanmu secara laki-laki atau pun juga mengajari seni perang, meskipun kau seorang pangeran. Aku juga tidak pernah mengajarimu politik, kau tahu kenapa?”, tanya Selir Yooh-wa kepada Jumong. “Aku Mengerti semua yang kau katakan. Sejak masih kecil, aku melihatmu menderita atas perlakuan Permaisuri. Aku juga melihat kenakalan kedua kakakku, Di tahun-tahun awal itu aku menerimanya sebagai nasib. Jadi aku bertingkah aneh. Aku bersikap aneh sehingga tiap orang menganggapku bodoh dan tidak menaruh perhatian kepadaku. Aku menjalani hidupku tanpa keinginan dan ambisi, dan akan kuteruskan hidupku seperti itu.”, kata jumong. “Kau katakan mengerti diriku, tapi itu belum semua. Sudah nasib kita dihina oleh permaisuri dan anaknya, selama kita hidup dalam bayang-bayang seperti ini, tapi kita tidak boleh hidup seperti ini lagi. Akan kujadikan kau putra mahkota dan menggantikan Raja. Kau harus menjadi putra mahkota!”, kata ibunya dengan serius. Jumong terkejut mendengar perkataan ibunya itu, dia ragu karena bukankah putra mahkota adalah Dae-so. “Itu hanyalah putra tertua saja, putra mahkota sejati, penerus tahta kerajaan harus menerima amanat raja dan ditunjuk melalui sebuah upacara. Kau harus menjadi Raja dan menunaikan tugas mulia, untuk mencapai tujuan tersebut aku menyembunyikan perasaanku.”, ujar selir Yooh-wa. Jumong bertanya kepada ibunya mengenai tugas mulia yang harus dia lakukan. Namun selir Yooh-wa tidak memberitahu dirinya, dia hanya mengatakan bahwa pada saatnya nanti Jumong akan mengetahui hal tersebut. Jumong meninggalkan tempat ibunya itu, dia berjalan di halaman istana dengan langkah kecil-kecil dia teringat dengan perkataan ibunya tadi.

PDVD 107Selir Yooh-wa sedang merencanakan pelatihan untuk anaknya itu, dia bersama dengan pembantunya sedang mencari seseorang yang dapat dipercaya untuk membantu melatih anaknya. Dia memintanya supaya orang istana tidak ada yang mengetahui nya. Pagi harinya Selir Yooh-wa, Jumong, berserta seorang pembantunya pergi ke sebuah perbukitan mereka berencana untuk bertemu dengan saudara pembantu mereka itu. Dia adalah seorang kapten penjara bernama Mu-song, Selir Yooh-wa memutuskan untuk menjadikannya orang yang akan melatih Jumong. Setelah menyelesaikan urusannya dengannya, Selir Yooh-wa mengajak pembantunya itu untuk kembali ke istana, namun dia meminta izin sebentar untuk berbicara dengan saudaranya itu. Dia menyampaikan kepada musong untuk melakukan hal ini dengan baik-baik, mengajari Jumong dengan benar. Mungkin dengan mengajari Jumong dia dapat mengubah nasibnya pada masa yang akan datang. Mu-song bertanya kepada saudaranya itu mengenai identitas Jumong, dia mengatakan bahwa Jumong adalah anak dari kepala rumah tangga istana. Mu-song berbicara kepada Jumong mengenai syarat dan kondisi untuk berlatih dengannya, bahwa walau pun Jumong adalah anak seorang petinggi kerajaan namun dia harus menganggapnya seorang Guru. Jumong bersedia melakukan hal itu, karena hal itu sesuai dengan keinginannya dan ibunya yaitu melakukan latihan secara rahasia. Jumong menyebut dirinya bernama Chu-mo.

PDVD 113Sebagai sebuah permulaan dalam latihan itu, Mu-song meminta Jumong untuk mendaki salah satu puncak pegunungan di sekitar mereka. Jumong melaksanakan perintah Mu-song itu tanpa sebuah bantahan pun. Dia berusaha keras untuk mendaki puncak gunung itu, jalan berbatu, batuan terjal dan berbagai medan lainnya dia lewati. Saat Jumong tiba di puncak itu dia sangat puas, dia mengungkapkannya dengan sebuah teriakan kemenangan.

Saat kembali ke istana, Jumong bertemu dengan pembantu ibunya yang juga merupakan saudara Mu-song. Jumong menanyakan tentang kehebatan Mu-song, Jumong kurang mempercayai kemampuannya. Jumong menganggap Mu-song sebagai seorang yang bodoh dan hanya hobi minum. Saudara Mu-song itu berkata bahwa walau pun Mu-song berkelakuan seperti itu, namun dia memang mempunyai kemampuan seni perang, dulunya dia adalah seorang pasukan khusus. Saat Jumong selesai berbicara dengan saudara Mu-song itu, dia mengetahui bahwa ada seseorang yang sedang mendengarkan pembicaraan mereka.

PDVD 117Mu-song sedang tertidur lelap saat Jumong datang. Jumong memanggilnya dengan suara pelan, namun Mu-song tidak bangun. Jumong berlutut untuk mendekatkan dirinya dengan Mu-song, kali ini dia berteriak. Mu-song bangun dari tidurnya, Jumong bertanya apa yang harus dilakukannya hari ini. Mu-song dengan malasnya hanya menyuruh Jumong untuk mendaki gunung yang kemarin dia daki namun dengan pelan-pelan. Mu-song kembali tidur lagi, mendengar hal itu Jumong tentu saja emosi, dia mengambil tempat arak yang ada disamping Mu-song dan membantingnya ke sebelah Mu-song. Mu-song terbangun dari tidurnya itu dan berkata bahwa Jumong tidak menepati Janjinya kemarin bahwa dia akan melakukan apa pun yang dikatakan Mu-song. Jumong menanyakannya kapan akan mengajarinya seni perang dan juga dia meragukan kemampuan Mu-song itu. Mendengar perkataan Jumong itu tentu saja dia tersinggung. Mu-song menyuruh Jumong untuk mengikutinya. Mu-song membawanya kesuatu tempat, ketika tiba ditempat itu dua penjaga gerbang sedang tertidur. Jumong bertanya tempat apa itu, Mu-song mengatakan bahwa tempat itu adalah sebuah penjara.

Sinopsis JUMONG Episode 4

Geum-wa mengarahkan pedang kepada anaknya Jumong, “Kau bajingan. Bagaimana bisa seorang pangeran enak-enakan dengan pendeta di waktu upacara! Akan Kupenggal kepalamu”, kata Geum-wa. Jumong berusaha membela diri. Geum-wa berterus terang mengenai harapannya kepada Jumong, dia juga bertanya apakah tidak kasihan kepada Ibunya. Jumong meminta maaf atas kesalahannya itu. Selir Yooh-wa, Ibu Jumong berlari dan langsung berlutut di sebelah Jumong. “Yang Mulia, Jangan biarkan kami menambah malu kerajaan. Yang Mulia, Izinkan kami meninggalkan kerajaan.”, kata selir Yooh-wa. Jumong terkejut mendengar perkataan Ibunya mengenai meninggalkan istana. Selir Yooh-wa juga menjelaskan bahwa dia lah yang bersalah karena dia tidak mampu membesarkan anaknya, kekurangmampuannya itu menjadikan anaknya sebagai seorang pengecut dan bertingkah tidak seperti pangeran.

Geum-wa memutuskan untuk memberikan hukuman 20 kali pukulan, namun Dae-so memohonkan keringanan untuk adiknya itu karena tidak ada orang yang mampu bertahan dalam hukuman itu, selain itu Jumong juga akan menemaninya mencari busur yang perjalanannya jauh. Ayahnya menyetujui hal itu, dia meninggalkan tempat itu disusul istrinya. Jumong berterima kasih kepada Dae-so dalam hal ini. Selir Yooh-wa meninggalkan tempat itu tanpa berkata apa-apa kepada anaknya, matanya berlinangan air mata karena kesalahan yang dibuat anaknya itu.

Yeo Mi-Eul mendekati Perdana Menteri (dulunya menjabat duta besar), “Apa kamu masih berpendapat bahwa Pangeran Jumong adalah darah daging Hae Mosu?”, tanya Yeo Mi-Eul. “Kalau dia benar darah daging Hae Mosu, bukanya dia? Mungkin penilaianku selama ini salah.”, kata Perdana Menteri. Yeo Mi-Eul meninggalkan perdana menteri yang masih melihat kepergian Jumong.

PDVD 000Ratu, Pangeran Dae-so, dan Young-po membahas masalah itu. Ratu bertanya kenapa Dae-so melakukan hal itu kepada Jumong. Dae-so memberikan sebuah alasan yang cukup masuk akal, karena 20 pukulan dapat menyebabkan Jumong tidak akan dapat berjalan lagi. Selain itu Dae-so juga mempunyai maksud lain, karena apabila Jumong saat ini dihukum 20 kali pukulan maka tidak hanya dia akan kelihangan kemampuan berjalannya, namun lebih jauh lagi dia ingin mengusir Jumong dari istana. Apabila dia di pukul 20 kali dan kehilangan kemampuan berjalannya, maka untuk selamanya dia akan berada dalam istana dan juga akan mendapatkan perlindungan dari Raja untuk selamanya.

Jumong meminta maaf kepada ibunya karena ulahnya itu, dia bertanya apa yang terjadi kepada Bu-Young. “Dia mendapatkan pukulan 10 kali dan juga di usir dari istana.”, kata selir Yooh-wa. Ibunya bertanya apakah sekarang dia tahu akibat dari perbuatannya itu. Ibu Jumong meminta jumong untuk segera beristirahat karena besok dia akan mulai perjalanan untuk mencari busur DaMul. Busur Dalmu merupakan busur yang digunakan oleh nenek moyang mereka untuk mendirikan BuYeo. Dae-so, Young-po dan Ju-Moong berkumpul di istana untuk mendengarkan petunjuk dari ayahnya mengenai perjalanan ini. Mereka bertiga berangkat bersama-sama. Mereka berjalan melewati bermacam-macam medan.

PDVD 007Mereka bertiga berhenti untuk beristirahat dan mengecek peta perjalanan itu. Dae-so dan Young-po sedang mendiskusikan peta perjalanan mereka. Sedangkan Jumong sedang mengambil air karena kehausan. Jumong memberikannya kepada kakaknya Dae-so untuk mencobanya, setelah menegak air itu Dae-so benar-benar menungkapkan kesegaran air itu, dia kemudian memberikannya kepada adiknya Young-po untuk mencoba kesegarannya. Young-po berpendapat sama dengan Dae-so mengenai kesegaran air itu, dia memberikannya kepada adiknya Jumong untuk mencobanya dan dia mengucapkan terima kasih kepada adiknya atas air itu. Mereka pun melanjutkan kembali perjalanan itu.

Malam pun tiba, mereka beristirahat sejenak dan makan malam. Dae-so meminta adiknya untuk memimpin mereka besok. Jumong yang berada di depan berusaha mencari arah untuk perjalanan mereka, Jumong berada dalam hutan berkabut. Jumong berada di depan sekitar 5 sampai 10 meter di depannya. Dae-so dan Young-po berjalan dengan sangat pelan, ketika Dae-so bertanya apakah dia kesulitan untuk mencari jalan, Jumong mencoba menutupinya. Dia terus berjalan, kedua kakaknya memanfaatkan hal itu untuk meninggalkan Jumong secara diam-diam. Jumong memanggil-manggil kedua kakaknya, namun tidak ada jawaban sama sekali. Jumong yang panik karena ditinggalkan kedua kakaknya, jatuh terperangkap dalam pasir hisap. Dia tenggelam pelan-pelan, walau pun dia berteriak-teriak sampai hanya kepalanya yang terlihat namun tetap belum ada orang yang menolongnya. Jumong yang terhisap dan sekarang kepalanya pun sudah ikut tenggelam, dia hanya bisa mengulurkan tangannya keatas. Saat itu sebuah cambuk mengenai tangannya dan ada orang yang menariknya, yaitu So Seo-no dan juga salah satu pembantunya. Jumong berhasil ditarik keluar dari pasir hisap itu. So Seo-no mencoba memeriksa apakah Jumong masih hidup atau tidak, dan ternyata Jumong masih selamat karena hisapan pasir tersebut.

PDVD 011Begitu terbangun dari tidurnya Jumong sudah berada dalam sebuah tenda bersama dengan beberapa kelompok pedagang. So Seo-no sedang mengikat kudanya ketika dia melihat Jumong berjalan kebingugan. Dia memanggilnya, namun Jumong tidak menaruh rasa hormat kepadanya, dia hampir mengatakan bahwa dirinya adalah seorang pangeran Buyeo, namun tidak tidak jadi mengatakannya. Perlakuan So Seo-no membuatnya emosi, dia mencoba menyerangnya. So Seo-no mengambil cambuknya, topinya terurai dan Jumong melihatnya adalah seorang wanita. So Seo-no memerintahkan anak buahnya untuk mengikat Jumong. Ketika perjalanan keesokan harinya Jumong berjalan terikat bersama dengan rombongan perdagangan So Seo-no. Jumong mencoba PDVD 019 untuk melarikan diri dari kelompok itu, namun dia tidak dapat melakukannya. Jumong bertanya kepada So Seo-no kenapa dia mengikatnya seperti itu, apa kesalahan yang telah dilakukan Jumong. Jawaban So Seo-no sangat sederhana bahwa dia berhutang nyawa dengannya, dan untuk menebusnya dia akan di jual. Namun tentu saja Jumong protes terhadap hal itu karena dia masih mempunyai tugas yang harus ia selesaikan, dia berusaha bernegosiasi dengan meminta waktu beberapa hari untuk menyelesaikan tugasnya itu dan kembali lagi kepada mereka untuk menyelesaikan hutannya itu. Namun So Seo-no justru tertawa karena menyangka bahwa dirinya (jumong) akan melarikan diri, dia bertanya apakah itu siasat terbaik yang dimilikinya untuk meloloskan diri. So Seo-no berjalan kembali dan seluruh rombongannya ikut bersamanya, seorang pelayan Yeon ta-bal lah yang melepaskan ikatan Jumong.

PDVD 021Dae-so dan Young-po sudah melihat lokasi gunung yang menjadi tempat disembunyikannya busur panah milik nenek moyang Buyeo. Mereka akan tiba di tujuan mereka sebentar lagi. Sedangkan Jumong masih bersama dengan rombongan dagang yang dipimpin oleh So Seo-no, mereka berada di sebuah pegunungan yang cukup tandus untuk melakukan sebuah perdagangan. So Seo-no bertemu dengan sekelompok prajurit, mereka akan melakukan transaksi 2 kilogram emas untuk 40 pedang dan 40 tombak. Pembeli mengatakan mereka sepakat untuk melakukan transaksi itu, namun pihak pembeli yang memulai serangan kepada kelompok So Seo-no. Pembeli itu kalah dan So Seo-no meminta anak buahnya untuk membunuh mereka semua. Namun, dia menolaknya dan meminta So Seo-no membunuhnya sendiri. So Seo-no akhirnya meminta mereka untuk meninggalkan tempat itu dan memutuskan untuk tidak melakukan perdagangan dengan kelompok mereka lagi.

Sinopsis JUMONG Episode 3

Geum-wa bertemu dengan Yooh-wa di kota Hyeon-to-goom. Dia menemukannya menangis di hadapan Hae Mosu yang tertambat pada sebuah tiang, tubuhnya penuh dengan lumuran dengan darah. Geum-wa mendekati Yooh-wa, “Aku mengandung….Anak Hae Mosu.”, ucap Yooh-wa yang menangis sambil menundukkan wajahnya. Yooh-wa berniat mengambil aksi nekat dengan mendekati Hae Mosu untuk memberitahukan bahwa dia sedang mengandung anaknya. Namun, Geum-wa dengan sigap mencegahnya, Geum-wa membawanya menjauhi Hae Mosu dan mengajaknya kesebuah tempat di luar Hyeon-to-Goom. Tidak sepatah kata pun keluar dari mulut mereka berdua di tempat itu.

Geum-wa sedang berjalan di pelataran istana dikawal oleh dua orang penjaga. Saat itu dia dilapori bahwa Jenderal Hae Mosu akan diserahkan kepada bangsa Han dalam waktu 3 hari. Geum-wa menghadap Ayahnya untuk meminta izin menyelamatkan Hae Mosu. “Biarkan aku memimpin tentara untuk misi penyelamatan.”, kata Geum-wa. “Aku tidak akan mengizinkanmu pergi. Karena kebodohan Hae Mosu, semua usaha kita telah dirusaknya! Aku tidak akan menyelamatkan orang seperti itu! Keluar!”, kata Ayah Geum-wa yang marah besar karena hal itu. Ketika Geum-wa keluar, duta besar memanggilnya, “Yang Mulia, aku harus berbicara denganmu.”, kata duta besar kepada Geum-wa. Mereka pergi ke salah satu ruangan di Istana tersebut. Duta besar meminta kepada Geum-wa untuk membatalkan niatannya untuk menyelamatkan Jenderal Hae Mosu. “Duta besar! Temanku, Hae Mosu, lebih penting bagiku melebihi nyawaku sendiri. Meskipun Yang mulia menolak untuk menyelamatkan Hae Mosu, Aku akan membawa sisa tentara DalMu untuk menyelamatkan Hae Mosu.”, kata Geum-wa. “Yang Mulia, penyebab keberhasilan pasukan Han dalam penangkapan Hae Mosu adalah karena dia masuk ke dalam perangkap. Orang yang mengatur kejatuhan Hae Mosu adalah… kau tau siapa?”, kata duta besar tanpa sedikit pun melihat lawan bicaranya. Geum-wa tidak menjawab pertanyaannya. “Itu adalah Yang Mulia”, ucap Duta besar kepada Geum-PDVD 002 wa, namun kali ini dia menatap matanya untuk menunjukan keseriusan perkataannya itu. “Ini semua dilakukan untuk menghindari konfrontasi langsung dengan bangsa Han. Yang Mulia membuat keputusan ini untuk melindungi Yang Mulia dan BuYeo. Yang Mulia, anda harus mengerti bahwa Yang Mulia menganggap kau penting dalam hidupnya. Jangan terburu-buru lagi.”, ucap duta besar kepada Geum-wa. Geum-wa marah kepada duta besar karena duta besar mengetahui semua ini namun tidak memberitahukan kepada Geum-wa. Geum-wa emosi melihat anggukan kepala duta besar untuk mengiyakan pertanyaannya. Dia berdiri langsung mengambil pedang dari meja disampingnya, dia langsung mengarahkannya ke leher duta besar. “Aku tidak takut mati, tapi aku percaya Yang Mulia sudah membuat keputusan yang benar. Yang Mulia…. Jika Hae Mosu selamat, kemudian Buyeo dan Yang Mulia akan berada dalam bahaya besar.”, ucap duta besar kepada Geum-wa. Duta besar sama sekali tidak bergerak sewaktu Geum-wa mengarahkan pedang ke lehernya, bahkan dia sama sekali tidak berkedip maupun takut terhadap ancaman itu. Melihat duta besar yang tetap bersikukuh dengan pendiriannya itu, Geum-wa melampiaskan emosinya dengan menebaskan pedangnya itu ke meja di hadapanya dan duta besar.

PDVD 004Hae Mosu di kawal pasukan berkuda dan juga pasukan invanteri lainnya dari bangsa Han. Hae mosu berada dalam sebuah kereta kuda, dia duduk didalamnya dengan mata di tutup dengan penutup mata. Ditengah perjalanan itu, pasukan Dalmu menyerang mereka. Geum-wa membebaskan Hae Mosu dari kereta itu, namun Hae Mosu menolaknya karena dia tidak ingin jatuh korban lagi karena dirinya. Namun Geum-wa memaksanya dan menaikkannya ke atas kuda. Geum-wa memukul keras tubuh kuda itu sehingga dia lari dengan keras, Geum-wa menyusul dibelakannya. Hae Mosu menunggangi kuda dalam kebutaan. Dia berada tepat di belakang Geum-wa, namun ketika mereka sampai di persimpangan mereka berdua terpisah, Geum-wa yang berada di depan mengambil jalur kanan, sedangkan Hae Mosu yang tidak dapat melihat dia berjalan lurus terus. Setelah dia berjalan cukup jauh, Geum-wa tersadar bahwa Hae Mosu tidak berada dibelakangnya. Geum-wa kembali lagi ke persimpangan itu, dia menengok ke kanan dan ke kiri. Tidak lama kemudian pasukan berkuda kerajaan Han terlihat sedang menyusul mereka, Geum-wa mencoba mengecoh mereka dengan mengambil arah sebelumnya dan membiarkan Hae Mosu terpisah dari dirinya. Pasukan berkuda yang melihat hal itu membagi dua kelompok mereka, dua orang pasukan berkuda mengikuti Geum-wa sedangkan sisanya mengambil jalan lurus seperti yang di ambil oleh Hae Mosu. Hae Mosu mengendarai kudanya dengan setengah sadar, tubuhnya terpelanting kesana-sini. Hae Mosu terpojok di tepian bukit yang di depannya adalah sebuah sungai. Pasukan berkuda yang ada di belakangnya, mengarahkan dan menembakan busur panahnya ke arah Hae Mosu, dan tepat menancap di dada kirinya. Hae Mosu terjatuh dari kudanya, namun dia masih dapat berdiri. Busur panah kedua di lepaskan dan kembali mengenainya. Geum-wa menyaksikan rekannya itu terpanah dari bawah bukit. Hae Mosu terus berjalan mundur tanpa sadar, dia terjatuh ke sungai di belakangnya.

Yooh-wa sedang berusaha keras untuk melahirkan. Yooh-wa melahirkan dengan selamat, dan itu adalah seorang anak laki-laki. Sementara itu Pendeta Tertinggi kerajaan, Yeo Mi-Eul baru saja mendapatkan sebuah penglihatan, yaitu sebuah naga/burung berkaki tiga yang terbang di atas matahari Buyeo. Yeo Mi-Eul meminta pelayannya untuk memberitahu duta besar mengenai masalah ini. Raja Bu Yeo sedang tidur, namun banyak pejabat istana berkumpul disana dan salah satu pelayan yang mengenakan pakaian berwarna biru menggunakan sebuah bulu dari burung sejenis merak dan mendekatkannya ke hidung sang Raja. Yeo Mi-Eul bertemu dengan duta besar untuk membicarakan fenomena yang baru saja dilihatnya itu. “Jendral Hae Mosu sudah pasti mati?”, tanya Yeo Mi-Eul kepada duta besar yang mengiyakan pertanyaan itu. “Apakah ada yang salah?”, tanya duta besar kepada Yeo Mi-Eul. “Meskipun legenda 3 burung telah menghilang dari matahari Buyeo,…”, ucap Yeo Mi-Eul. “Gejala alam yang menentukan masa depan Buyeo telah menghilang. Itu salah satu alasan untuk membuat perayaan!”, kata duta besar. “Bagaimanapun, legenda tiga burung itu tidak mati, sebaliknya makin mengangkasa dan bertambah kuat. Selama itu tidak mati, masih ada kemungkinan bahwa itu akan terbang kembali.”, ucap Yeo Mi-Eul. “Tidak, sepertinya tidak begitu. Hae mosu pasti sudah mati, tidak mungkin dia akan dapat terbang lagi.”, kata duta besar.

Sinopsis JUMONG Episode 2

Pasukan berkuda telah selesai menggeledah seluruh ruangan yang digunakan oleh Puteri Yooh-wa. Ketua pasukan berkuda bertanya kepada, Yooh-wa, “Apakah dia terluka di lengannya?”, tanya kepala pasukan berkuda itu. Yooh-wa hanya mengangguk, dan tidak terucap satu patah kata pun dari mulutnya, namun raut wajahnya terlihat sangat cemas. “Siapa nama pemuda itu?”, tanya ayahnya. Yooh-wa mengatakan bahwa pemuda itu bernama Lee Gan-sang. Ayahnya memarahinya karena dia tidak memberitahukan keberadaan pemuda itu sebelumnya. “Dia berasal dari mana?”, tanya pemimpin pasukan berkuda. Yoohwa-mengatakan bahwa dia berasal dari sungai Dong Jia. Pemimpin pasukan berkuda yakin bahwa itu adalah Hae Mosu, ayah Yooh-wa mencoba meyakinkan bahwa pria itu bukan lah Hae Mosu. Namun, pemimpin pasukan berkuda itu langsung menarik pedangnya dan mengarahkan ke tubuh ayah Yooh-wa. Beliau tewas, begitu pula dengan pengawalnya. Pemimpin pasukan berkuda memerintahkan untuk membunuh seluruh warga suku tersebut. Yooh-wa yang terikat dan dibawa oleh pasukan berkuda melihat pembantaian suku tersebut, dia menangis dan berteriak-teriak melihat hal itu.

Fajar tiba, desa suku putri Yooh-wa porak-poranda. Mayak tergeletak tidak beraturan, dan api yang berkobar pun sudah padam. Geum-wa dan pasukan Dalmu yang mencari Hae Mosu, melihat hal tersebut. Geum-wa mengendarai kudanya sambil melihat itu semua. Salah satu anggota pasukan Dalmu melaporkan kejadian itu kepada Geum-wa, bahwa itu semua adalah ulah pasukan berkuda. Desa itu di musnahkan karena, mereka terbukti menyembunyikan Hae Mosu. Mendengar hal itu, Geum-wa hanya terdiam, dan melihat pemandangan sekitar dari atas kudanya.

PDVD 017Hae Mosu kelelahan, dan minum air sungai. Tak jauh dari sana, rombongan pedagang sedang berjalan, ketua kelompok pedangan itu memutuskan untuk bermalam disana malam itu. Ketua kelompok itu, melihat Hae Mosu di tepi sungai. Dia menghampiri Hae Masu yang terlihat kelelahan dan minum di tepian sungai itu. Ketua kelompok itu juga melepaskan dahaganya dengan minum air yang sama dengan Hae Mosu, setelah menengaknya dia mengeluarkan suara seperti tidak minum selama beberapa hari. “Apakah kau seorang pengungsi?”, tanya pemimpin kelompok itu. Hae Mosu terdiam sesaat dan memandanginya, “Ya”, kata Hae Mosu. Ketua kelompok pedagang itu adalah Yeon Ta-bal, yang merupakan pemimpin dari suku GyehRuBu dari bangsa JulBoon, dia justru menawarkan Hae Mosu untuk makan bersama kelompoknya.

Perkemahan suku GyehRuBu telah selesai di dirikan. Seorang pelayan Yeon Ta-bal keluar dari tenda utama dan memanggil hae Mosu yang terdiam berdiri diantara kumpulan suku GyehRuBu yang lainnya. Pelayan itu meminta Hae Mosu untuk ikut dengannya, “yah….bahkan para pengangkut barang kami mendapatkan perlakuan yang baik dari ketua kami, tapi ketua sangat baik terutama kepada para pengungsi, kapan pun dia bertemu mereka – Aneh!”, kata pelayan itu. Dia mengatakan bahwa Hae Mosu beruntung. Di dalam tenda ada Yeon Ta-bal, istrinya dan seorang pelayan wanita. “Aku telah membawanya, tuanku”, kata pelayan itu. Yeon ta-bal memintanya untuk duduk sambil melihat istrinya. Mereka saling memperkenalkan diri, Hae Mosu memperkenalkan dirinya dengan nama Lee Gan-sang. Pelayan laki-laki yang tadi memanggil Hae Mosu, masuk lagi, kali ini dia membawa sebuah anggur yang mendekati sempurna. Dia menuangkannya ke gelas Yeon Ta-Bal yang sedang merangkul istrinya. Dia menawarkan anggur itu kepada Hae Mosu, dan menuangkannya. Yeon ta-bal, memotong paha ayam di depannya. Yeon ta-bal bertanya kepada istrinya kenapa dia tidak makan. “Saya kehilangan nafsu makan, mengingat apa yang terjadi dengan Suku Ha-baek.”, kata istrinya. Yeon Ta-bal mencoba menyakinkan istrinya dan membujuknya untuk makan. “Sebenarnya aku menyesal dan ikut prihatin dengan apa yang terjadi dengan pemimpin suku Ha Baek… Tapi, itu berarti saingan kelompok dagang kita berkurang satu!”, Yeon Ta-bal mengatakan itu semua ketika mulutnya masih penuh dengan daging yang dimakannya. Hae Mosu terdiam ketika Yeon Ta-bal mengatakan itu, dia penasaran. Hae Mosu bertanya kepada pelayan yang duduk disampingnya mengenai apa yang telah terjadi dengan suku Habaek. Pelayan itu awalnya menolak itu menjawabnya dengan memalingkan wajahnya dari Hae Mosu, “Para keparat itu… tidak, bagaimana bisa mereka membunuh rakyat…. mereka bahkan bukan tentara?”, pelayan itu menggelengkan kepalanya di akhir bicaranya. “Mereka membunuh seluruh penduduk desa Ha-Baek?”, tanya Hae Mosu dengan penuh rasa penasaran. Mendengar Hae Mosu menanyakan hal itu, Yeon Ta-bal bertanya kepada Hae Mosu, apakah dia mengenai seorang dari suku Ha-Baek? Hae mosu mengiyakan hal itu karena dia pernah tinggal di desa itu ketika dalam perjalanannya. “Mereka bilang, seseorang di desa itu telah menyembunyikan Hae Mosu, dan juga para prajurit berkuda memusnahkan desa itu sebagai sebuah hukuman.”, Yeon ta-bal mengucapkan itu semua sambil mengigit dan mengunyah ayam yang dari tadi ada di hadapannya itu. Hae mosu terdiam mendengar hal itu. Yeon ta-bal melihat ekspresi muka Hae Mosu yang tampak terkaget dan sedikit shok. Dia kembali bertanya kepada pelayan disampingnya mengenai warga yang selamat. “Mereka bilang, anak perempuan pemimpin suku Ha baek, Putri Yooh-wa adalah orang yang menyembunyikian Hae Mosu, jadi mereka membawanya ke kota Hyeon-to-Goon untuk diadili di depan umum.”, kata pelayan itu. Hae Mosu semakin terlihat shock mendengar hal itu, dia terdiam. Yeon ta-bal semakin curiga ketika melihat ekspresi muka Hae Mosu, setelah dia mendengar perkataan pelayannya itu.

PDVD 019Pasukan berkuda membawa puteri Yooh-wa dalam keadaan terikat dan berjalan kaki. Dia terjatuh, karena kelelahan. Salah satu anggota pasukan berkuda menariknya supaya dia bangun. Yooh-wa berjalan dengan tertatih tatih. Sementara itu, Hae Mosu, memikirkan sesuatu di pinggiran sungai berarus tenang, dia mengingat kembali perkataan Yooh-wa yang pernah diucapkannya, “Aku tau suku kami akan musnah. Tapi ketika aku berlari di jalan pegunungan, aku berfikir bahwa “itu” mungkin dia… Jantungku berdebar… aku berharap bahwa orang yang aku selamatkan adalah Hae Mosu.”

Geum-wa mengamati perjalanan pasukan berkuda dari atas bukit. Dia melihat puteri Yooh-wa yang berjalan tertatih-tatih, karena panas dan letih. Geum-wa melihat Yooh-wa, dan mengingatkannya kembali dengan kejadian di kota Hyeon-to-goom yang lalu, dia mengingat kembali perkataan yang di ucapkan oleh Yooh-wa.

Malam itu pasukan berkuda beristirahat dan berkemah di sebuah tanah lapang yang dikeliingi oleh tebing-tebing yang cukup curam. Yooh-wa di jaga oleh dua orang. Geum-wa mengamati situasi dari atas bukit, dan mencoba mencari keberadaan Yooh-wa. Begitu dia menemukannya, dia memberikan tanda kepada pasukan Dalmu. Mereka bersiap untuk membebaskan puteri Yooh-wa, Geum-wa sendiri ikut turun tangan dalam aksi ini. Dia yang membawa dan membebaskan Yooh-wa. Kuda telah disiapkan oleh salah satu Dalmu yang diambil dari salah satu kuda pasukan. Mengetahui hal itu, pasukan berkuda mencoba untuk mengejar mereka, namun karena posisi mereka yang dikelilingi tebing mereka kalah posisi karena, dari atas terdapat pasukan Dalmu yang lainnya menembakkan panah mereka.


source... kreatif web

Sabtu, 27 Februari 2010

Sinopsis JUMONG episode 1

Tahun 108 Sebelum Masehi, sebuah negara besar bernama GoJoSeon berusaha menyerang negara Han melewati Pulau Han Ban dan Gurun Liao Dong. Setelah 1 tahun berperang, negara GoJoSeon mengalami kekalahan. Setelah kekalahan itu, Han menduduki wilayah Nak Rang, Jin Beon, Lim Doon, dan Hyeon To City. Sebagian besar warga GoJoSeon terpaksa mengungsi dan melarikan diri dari Han, sebagian lagi bertahan dengan melakukan gerakan pemberontakan. Pemberontakan itu dipimpin oleh Hae Mo Su.
Drama dimulai dengan adanya pertandingan bela diri oleh pejabat dari Han. Pemenangnya akan dibawa ke ibukota Sheng En. Salah satu pria berhasil memenangkan pertandingan, namun tiba-tiba datang seorang pria lain yang menantang pemenang itu. Pemenang itu bersedia melawan pria misterius yang datang, dan bertarunglah mereka. Ternyata, pemenang dan pria misterius bekerja sama untuk membunuh pejabat Han. Mereka berhasil membunuh salah satu pejabat, namun gagal membunuh pejabat tertinggi, Tai Shou. Diantara penonton bersembunyi pasukan pria misterius, yang kemudian bergerak untuk membebaskan tawanan GoJoSeon yang ditahan oleh Han. Pasukan pembebas itu dinamakan Pasukan Da Mul. Pria misterius itu adalah pemimpin mereka, Dae Mo Su, dan pemenang itu adalah Geum Wa, putra mahkota dari BuYeo.
Saat penyerangan, Geum Wa terluka. Hae Mo Su membawanya ke persembunyian Pasukan Da Mul untuk mengobati lukanya. Geum Wa dan Hae Mo Su adalah sahabat karib. Mereka saling mendukung dan melengkapi, seperti saudara kandung.
Raja BuYeo saat itu adalah Hae Bu Ru, yang merupakan ayah dari Geum Wa. Raja menemui pendoa/peramal BuYeo bernama Ye Mi Eul.
Ye Mi Eul: Saat aku berdoa, aku menemukan sebuah pertanda aneh. Di tengah matahari BuYeo, muncul seekor Burung Berkaki Tiga. Burung itu muncul beberapa saat, namun kemudian menghilang. Burung Berkaki Dua melambangkan Yang Mulia Raja dan Putra Mahkota yang akan mewarisi tahta. Muncul satu kaki lagi, namun masih sulit diketahui maknanya.

Bangsawan dari Han memanggil para pemimpin klan untuk datang ke Hyeon To City untuk menghadiri pertemuan. Geum Wa datang sebagai perwakilan BuYeo. Di sana, ia bertemu dengan seorang gadis cantik, yang bisa menarik perhatiannya. Gadis itu adalah putri kepala klan HaBaek, Lady Yoo Hwa.
Undangan dari pejabat Han ini tidak lain merupakan bentuk ancaman pada klan-klan itu. Han memanggil pasukan berkuda mereka yang dinamakan Iron Army dan juga mengumpulkan para pengungsi GoJoSeon yang berhasil ditangkap disebuah lapangan.
Tai Shou berkata pada para pengungsi: Bagi mereka yang bisa menjatuhkan satu pasukan berkuda, akan dibebaskan.

Han memberi pedang pada para pengungsi. Mereka mengambil pedang itu dengan takut-takut dan berniat melawan sebisa mereka. Apa boleh dikata, Iron Army terlalu kuat dan tidak bisa ditebas dengan pedang biasa. Baju perang dan pedang Iron Army sangat luar biasa dan tidak terkalahkan. Para wakil klan memandang para pengungsi itu dengan kasihan, namun tidak bisa berbuat apa-apa. Geum Wa hendak berdiri, namun perdana menteri BuYeo melarangnya. "Kendalikan dirimu, Yang Mulia!" katanya.
"Hentikan pembunuhan ini!" tiba-tiba Yoo Hwa berteriak. Ia berdiri dan menghadapi Tai Shou. "Bagaimana bisa Yang Mulia memerintahkan kebrutalan semacam ini? Apa dia pantas disebut Putra Langit?"
Taishou: Beraninya kau menghina Yang Mulia! Kurung dia!
Geum Wa memiliki seorang teman lama bernama Yang Jung, yang sekarang bekerja untuk Han. Ia meminta tolong padanya untuk membebaskan Lady Yoo Hwa. Yang Jung setuju.
Yoo Hwa: Terima kasih sudah menolongku.
Geum Wa: Aku merasa menyesal karena tidak berbuat apa-apa melihat kebrutalan itu. Aku akan mengantarmu pulang ke HaBaek.
Yoo Hwa: Tidak perlu. Aku membawa pengawal.

He Mo Su marah mengetahui bahwa Han membunuh para pengungsi. Ia meminta Geum Wa mempercepat pembuatan senjata di BuYeo untuk Pasukan Da Mul. Produksi pedang yang besar-besaraan membuat perdana menteri BuYeo menjadi curiga. Ia mendatangi Raja Bu Ru dan mengatakan kalau Burung Berkaki Tiga menyatakan adanya pahlawan baru di masyarakat BuYeo, yang tidak lain adalah Hae Mo Su. Untuk keselamatan BuYeo, ia menyarankan untuk membunuh Hae Mo Su. Geum Wa mendengar percakapan mereka dan berniat memperingatkan Hae Mo Su. Namun perdana menteri mengikutinya dan membunuh pembawa pesan untuk Hae Mo Su.
Geum Wa mengaku pada Raja Bu Ru bahwa ia bersahabat dekat dengan Hae Mo Su dan membantunya membebaskan para pengungsi.
Raja: Kita tidak siap untuk berperang. Jika kita berperang, nasib kita akan sama dengan GoJoSeon!
Geum Wa: Kita harus mencari sekutu untuk bertarung melawan Han. Hae Mo Su bisa menyatukan mereka.
Raja: Bagaimana kalau ia mengkhianati kita? Kenapa putra mahkota BuYeo harus tunduk padanya?
Geum Wa berlutut: Dia tidak akan mengkhianati kita. Bukan karena statusku sebagai putra mahkota, Melainkan sebagai sahabatnya. Aku percaya pada Hae Mo Su.
Raja: Apa kau berani mengorbankan nyawamu?
Geum Wa: Ya.
Raja: Jika kau harus memilih antara BuYeo atau Hae Mo Su, mana yang akan kau pilih?
Geum Wa: Aku memilih mati.
Hae Mo Su pergi berperang dengan pasukannya untuk menyelamatkan pengungsi. Namun pasukannya mengalami kekalahan karena kedatangan Iron Army. Hae Mo Su terkena lemparan tombak salah satu Iron Army dan jatuh ke sungai.

Iron Army mencari mayat Hae Mo Su. Mereka tidak akan percaya Hae Mo Su mati jika belum melihat mayatnya. Disisi lain, Pasukan Da Mul, yang dipimpin oleh Geum Wa, juga mencari Hae Mo Su.
Yoo Hwa duduk di tepi sungai. Tiba-tiba ia melihat mayat mengambang di sungai. Ia mendekati mayat itu. Ternyata itu bukan mayat, orang itu masih hidup. Ia menolong orang itu dan membawanya ke sebuah gubuk kecil untuk diobati. Orang itu adalah Hae Mo Su.
Hae Mo Su sadar. Yoo Hwa tidak tahu bahwa orang yang ditolongnya adalah Hae Mo Su. Yoo Hwa sangat mengagumi dan menyukai Hae Mo Su.

Hae Mo Su meminta tolong pada Yoo Hwa untuk memberinya kuda, namun Yoo Hwa meminta Hae Mo Su melakukan sesuatu untuknya sebagai balas budi sebelum ia pergi, yaitu berpura-pura menjadi laki-laki yang dicintai Yoo Hwa. Yoo Hwa dipaksa menikah dengan seseorang oleh ayahnya untuk urusan politik.
Saat berjalan-jalan dengan Hae Mo Su, anak buah ayah Yoo Hwa melihat mereka berdua dan mengira kalau mereka sedang berpacaran. Ia mendengar percakapan mereka tentang luka di lengan pria itu.

Malamnya, Iron Army datang ke wilayah HaBaek dan mencari seorang pria yang terluka lengannya. "Jika ada yang menemukannya, kami akan memberi hadiah. Jika ada yang menyembunyikannya, kami akan membunuh dan menghancurkan klan ini."
Anak buah ayah Yoo Hwa melaporkan tentang pria yang bersama dengan Yoo Hwa kepada kepala HaBaek. Mereka memutuskan untuk melaporkan hal ini pada Iron Army.
Yoo Hwa yang mendengar pengumumam Iron Army langsung berlari ke gubuk dan menemui Hae Mo Su.
Yoo Hwa: Apa kau Hae Mo Su?
Hae Mo Su: Bukan. Kau salah, Nona. Apa yang terjadi?
Yoo Hwa: Iron Army datang ke klan kami. Kalau kami menyembunyikan Hae Mo Su, mereka akan menghancurkan klan kami. Siapa namamu?
Hae Mo Su: Namaku Lee Gan Sang.
Yoo Hwa: Maaf sudah mengganggumu. Beristirahatlah.
Hae Mo Su memutuskan untuk pergi. Sebelum pergi, ia mendengar percakapan Yoo Hwa dengan pelayannya.
Pelayan: Apa yang kau pikirkan, Nona?
Yoo Hwa: Aku sangat berharap bahwa pria yang kuselamatkan itu adalah Hae Mo Su.
Pelayan: Kau bicara apa, Nona? Jika kita menyembunyikan Hae Mo Su, klan kita akan dihancurkan.
Yoo Hwa: Aku tahu klan kita akan dihancurkan. Tapi hatiku berdebar dan berharap bahwa aku menyelamatkan Hae Mo Su.
Yoo Hwa: Apa kau jatuh cinta padanya?

Iron Army sampai di gubuk tempat Yoo Hwa merawat Hae Mo Su. Iron Army tidak menemukannya karena Hae Mo Su sudah pergi.

JANGAN LUPA FOLLOW ya...

sinopsis drama, info music dan film korea

patrarush.blogspot.com